
Raja Ampat – Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya (PBD) mengambil langkah tegas dengan segera menutup sementara Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) 01 Waisai pada Selasa (2/12). Langkah ini muncul sebagai respons cepat atas laporan puluhan siswa dan warga yang menunjukkan gejala keracunan setelah mereka mengonsumsi Makanan Bergizi Gratis (MBG) sehari sebelumnya. Insiden ini langsung menarik perhatian penuh Gubernur Elisa Kambu dan jajaran Forkopimda.
Gubernur Tinjau Langsung Korban dan Lokasi Kejadian
Gubernur Elisa Kambu langsung memimpin peninjauan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Waisai untuk menjenguk para korban. Dalam kunjungan tersebut, ia didampingi oleh Kapolda Papua Barat Daya Brigjen Pol Gatot Haribowo beserta sejumlah pejabat Forkopimda. Gubernur dengan cermat memeriksa kondisi setiap pasien di ruang perawatan dan secara aktif berdialog dengan keluarga korban Keracunan serta tim medis. “Kami memastikan seluruh pasien mendapatkan penanganan terbaik, dan pemerintah akan terus mengawasi proses pemulihan mereka,” tegas Gubernur Kambu. Setelah dari rumah sakit, rombongan langsung menuju lokasi Dapur SPPG 01 Waisai yang menjadi sumber distribusi makanan.
Penutupan Sementara dan Investigasi Menyeluruh Segera Dimulai
Setelah melakukan inspeksi mendadak terhadap fasilitas dan proses pengolahan di dapur tersebut, Gubernur Kambu tanpa ragu memutuskan penutupan sementara operasional SPPG 01 Waisai. “Kami menutup dapur ini untuk sementara, paling tidak satu sampai dua hari ke depan, sambil menunggu hasil penyelidikan resmi dari Badan Gizi Nasional dan uji laboratorium yang komprehensif,” paparnya. Ia menekankan bahwa keamanan pangan, terutama untuk konsumsi anak sekolah, merupakan prioritas mutlak pemerintah daerah. Oleh karena itu, setiap unit produksi MBG wajib mematuhi standar higienitas dan keamanan pangan yang ketat tanpa kompromi.
Kepolisian Bergerak Cepat Ambil Sampel dan Periksa Pengelola
Di sisi lain, Kapolda Papua Barat Daya Brigjen Pol Gatot Haribowo mengonfirmasi bahwa pihak kepolisian telah menginisiasi penyelidikan formal. “Tim Polres Raja Ampat saat ini sedang melakukan pemeriksaan menyeluruh, baik terhadap para pengelola dapur maupun terhadap sampel makanan yang diduga menjadi penyebab. Sampel sudah kami kirim ke laboratorium untuk analisis forensik,” jelas Gatot. Proses hukum akan berjalan transparan guna mengungkap akar masalah dan menentukan pihak yang bertanggung jawab.
Data Korban Keracunan Tersebar di Beberapa Sekolah, Total Mencapai 80 Orang
Berdasarkan data sementara yang berhasil dihimpun Satgas MBG, jumlah korban mencapai 80 orang. Mereka berasal dari beberapa institusi pendidikan di Raja Ampat, antara lain SD YPK (31 siswa), SMP YPK Alfa Omega (25 siswa), SD Negeri 29 (11 siswa), SMK Bukit Zaitun (6 siswa), MTS LIM (2 siswa), dan SMP Negeri 14 (1 siswa). Selain pelajar, tiga pekerja bangunan dan satu anak keluarga guru juga menjadi korban.
Pemerintah Berkomitmen Lakukan Evaluasi dan Perbaikan Sistem
Tujuannya jelas: memastikan kejadian serupa seperti Keracunan MBG tidak terulang di masa mendatang. “Kami akan melakukan pembenahan sistem, memperketat pengawasan, dan meninjau ulang seluruh standar operasional. Program ini harus benar-benar aman dan memberi manfaat optimal bagi kesehatan anak-anak kita,” tegas Gubernur Kambu. Selain itu, pemerintah akan meningkatkan pelatihan bagi pengelola dapur dan memperkuat mekanisme audit rutin.
