
Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup menguat pada perdagangan Selasa (25/11). Peningkatan ini sejalan dengan ekspektasi pelaku pasar yang menantikan pemangkasan suku bunga acuan oleh The Federal Reserve (The Fed) pada pekan depan. IHSG naik 68,25 poin atau 0,80% ke posisi 8.617,04, sementara indeks LQ45 naik 3,60 poin atau 0,42% ke level 854,74.
“Sentimen ini menguat setelah data manufaktur AS menunjukkan kontraksi selama sembilan bulan berturut-turut pada November 2025,” ujar Nico dalam kajiannya di Jakarta. Kondisi ini memberi tekanan pada The Fed untuk segera melonggarkan kebijakan moneternya.
Faktor Eksternal: Kontraksi Manufaktur AS dan Stimulus China
Dari sisi eksternal, data menunjukkan sektor manufaktur Amerika Serikat masih mengalami penurunan. Sebagai respons, The Fed dijadwalkan menggelar pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 9–10 Desember 2025. Pertemuan ini akan menentukan langkah kebijakan suku bunga yang berdampak global.
Di kawasan Asia, pelaku pasar menyambut positif langkah stimulus pemerintah China. Data manufaktur China yang melemah pada November 2025 mendorong Beijing menyiapkan paket dukungan ekonomi baru menjelang Konferensi Kerja Ekonomi Pusat tahunan. Selain itu, sentimen positif juga datang dari Korea Selatan, di mana Amerika Serikat setuju menurunkan tarif bea masuk otomotif dari 25% menjadi 15% berdasarkan perjanjian bilateral. Langkah ini turut mencakup penyesuaian tarif suku cadang pesawat dan ketentuan perdagangan timbal balik.
Faktor Internal: Data Ekonomi Domestik Mendukung
Penguatan IHSG juga didorong oleh data ekonomi dalam negeri yang cukup menggembirakan. Aktivitas pabrik Indonesia pada November 2025 menunjukkan kekuatan yang solid. Selain itu, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus yang sehat pada Oktober 2025, dan inflasi pada November 2025 menunjukkan tanda-tanda mereda. Kombinasi faktor ini memberikan kepercayaan tambahan bagi investor domestik.
Sejak pembukaan, IHSG bertahan di zona hijau hingga penutupan sesi pertama. Kemudian, indeks ini tetap stabil di wilayah positif hingga penutupan perdagangan. Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, sembilan sektor tercatat menguat, dipimpin oleh sektor industri yang naik 2,40%. Sektor barang konsumen nonprimer dan infrastruktur juga mencatat kenaikan masing-masing sebesar 2,38% dan 1,77%. Di sisi lain, hanya dua sektor yang melemah, yaitu sektor kesehatan yang turun 1,16% dan sektor teknologi yang turun 0,36%.
Performa Saham dan Aktivitas Perdagangan
Saham-saham dengan penguatan tertinggi antara lain BOAT, BBRM, SULI, FPNI, dan ASPI. Sementara itu, saham-saham yang mengalami pelemahan terdalam yaitu OPMS, ESTI, SMIL, BEEF, dan ESIP. Nilai transaksi total mencapai Rp21,92 triliun. Dari seluruh saham yang diperdagangkan, 282 saham naik, 370 saham turun, dan 159 saham stagnan.
Bursa Regional Asia Bervariasi
Performa bursa saham regional Asia pada penutupan perdagangan Selasa sore bervariasi. Indeks Nikkei Jepang melemah tipis 0,01% ke posisi 49.298,00. Indeks Shanghai juga melemah 0,42% ke level 3.897,71. Namun, indeks Hang Seng Hong Kong menguat 0,24% ke 26.095,05, dan indeks Straits Times Singapura naik 0,24% ke 4.537,05. Kondisi ini mencerminkan sentimen hati-hati di tengah ekspektasi kebijakan The Fed yang masih menjadi fokus utama pasar global.
Dengan berbagai faktor pendukung, IHSG berpotensi melanjutkan penguatan dalam beberapa hari ke depan, terutama jika The Fed benar-benar memangkas suku bunga pada pertemuan FOMC pekan depan.
